Pelestarian lingkungan merupakan tantangan sekaligus kebutuhan mendesak di banyak wilayah pedesaan Indonesia, termasuk Desa Selobanteng di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Sekitar tahun 2007, Desa Selobanteng menghadapi krisis ekologis serius akibat berbagai tekanan terhadap lingkungan. Hutan-hutan mengalami degradasi karena aktivitas pembalakan yang tidak terkendali serta alih fungsi lahan oleh masyarakat yang bergantung pada hasil kayu dan peternakan.
Akibatnya, sumber air mulai menipis, suhu udara meningkat drastis, dan fungsi tanah sebagai penyangga air tidak lagi optimal. Krisis ini menurunkan kualitas hidup warga dan memicu risiko bencana alam seperti kekeringan dan longsor.
Berangkat dari kondisi tersebut, masyarakat mulai mencari cara melestarikan lingkungan yang relevan dan berkelanjutan.
Tanah yang rusak, air yang langka, dan ketergantungan ekonomi pada hasil hutan memperlihatkan pentingnya pendekatan baru yang tidak hanya memperbaiki alam, tetapi juga memberdayakan masyarakat secara sosial dan ekonomi.
Langkah Strategis Konservasi: Program Hutan Rakyat Selobanteng
Sebagai bentuk kepedulian perusahaan, pada tahun 2009 PT Paiton Energy dan PT Paiton Operation & Maintenance Indonesia (POMI) meluncurkan program Desa Konservasi Hutan Rakyat Selobanteng.
Inisiatif ini hadir sebagai solusi jangka panjang untuk memulihkan fungsi ekologis hutan, memperbaiki siklus air, dan menciptakan keseimbangan antara kebutuhan lingkungan dan ekonomi masyarakat.
Program ini mengedepankan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan, dengan pendekatan partisipatif dan berbasis komunitas.
Salah satu upaya awal yang dilakukan adalah distribusi bibit pohon jati kepada warga, disertai perjanjian bahwa pohon-pohon tersebut tidak boleh ditebang selama sembilan tahun. Komitmen ini menjadi fondasi utama untuk mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga keberlangsungan ekosistem.
Untuk menjamin keberhasilan program, dilakukan pendampingan intensif serta evaluasi rutin. Kolaborasi dengan FMIPA Universitas Malang, BRIN, dan BKT Kebun Raya Purwodadi memperkuat aspek ilmiah dan teknis dari kegiatan konservasi ini.
Evaluasi tahunan dan lima tahunan menjadi alat ukur keberhasilan sekaligus dasar untuk pengembangan strategi jangka panjang.
Perkembangan dan Capaian Program Penanaman
Dalam kurun waktu lebih dari satu dekade, program konservasi di Selobanteng menunjukkan hasil yang signifikan. Hingga saat ini, lebih dari 171.000 pohon telah ditanam, terutama jenis Jati dan Gmelina. Dari jumlah tersebut, lebih dari 105.000 pohon berhasil tumbuh dengan baik, memberikan manfaat ekologis dan ekonomi bagi desa.
Hutan rakyat Selobanteng kini membentang di atas lahan seluas 2.220 hektare, menjadikannya salah satu kawasan hutan rakyat terluas di Jawa Timur.
Momentum penanaman pohon pun diselaraskan dengan peringatan Hari Pohon Sedunia setiap bulan November-Desember, memperkuat komitmen masyarakat terhadap pelestarian lingkungan.
Keberhasilan program penanaman di Hutan Rakyat Selobanteng tercermin jelas melalui analisis citra satelit menggunakan metode NDVI (Normalized Difference Vegetation Index).
Studi tahun 2024 oleh PSLH UGM menunjukkan peningkatan signifikan dalam kerapatan dan indeks kehijauan kawasan. Nilai NDVI tertinggi tercatat sebesar 0,534079 dan terendah
sebesar 0,000545752. Berdasarkan klasifikasi NDVI yang merujuk pada penelitian BRIN (2019), wilayah Selobanteng didominasi oleh kelas kehijauan Sedang seluas 727,18 hektare, diikuti oleh Jarang seluas 306,86 hektare, Rapat 130,89 hektare, Sangat Jarang 18,36 hektare, dan Sangat Rapat hanya 0,94 hektare.
Data ini menjadi bukti nyata bahwa dengan komitmen kolektif dan pemahaman yang kuat terhadap prinsip-prinsip kelestarian, masyarakat lokal mampu merevitalisasi fungsi ekologis
hutan sebagai penyangga kehidupan. Lebih dari sekadar penghijauan fisik, inisiatif ini mencerminkan perubahan budaya yang menempatkan pelestarian lingkungan sebagai nilai hidup sebuah transformasi yang menegaskan bahwa harmoni dengan alam bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sebuah kebutuhan.
Dampak Ekologis dan Sosial-Ekonomi yang Nyata
Efek positif dari program konservasi dapat dibuktikan berdasarkan hasil monitoring. Hasil monitoring keanekaragaman hayati tahun 2024 oleh Tim Ahli PSLH UGM menunjukkan bahwa program konservasi di Hutan Rakyat Selobanteng memberikan dampak positif terhadap struktur ekosistem.
Tercatat 152 jenis flora dari 49 suku, dengan dominasi suku Fabaceae, Poaceae, Asteraceae, Moraceae, dan Malvaceae. Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener menunjukkan heterogenitas vegetasi yang bervariasi di lima sumber mata air, dengan nilai tertinggi pada tingkat pohon di Sumber Kedawung (1,91), pancang di Sumber Nyambulu (1,04), dan semai-tumbuhan bawah di Sumber Pagut (1,98).
Temuan ini mencerminkan pemulihan fungsi ekologis yang mendukung keberlanjutan sumber daya air. Selain manfaat ekologis, program ini juga berdampak sosial, dengan keterlibatan langsung 599 petani yang memperoleh manfaat ekonomi melalui peningkatan pendapatan dan akses permodalan.
Melalui skema Kredit Tunda Tebang (KTT), masyarakat memperoleh modal usaha dengan menjaminkan pohon yang ditanam. Ini menjadi cara melestarikan lingkungan yang inovatif sekaligus menguntungkan secara ekonomi. Masyarakat tidak lagi harus menebang pohon untuk mendapatkan penghasilan, tetapi bisa memanfaatkannya secara berkelanjutan.
Dari sisi lingkungan, keberadaan hutan yang semakin rimbun telah memperbaiki kualitas udara dan memperkaya cadangan air tanah. Debit air di sumber-sumber desa kembali meningkat, iklim menjadi lebih sejuk, dan risiko bencana alam menurun.
Bahkan, hutan rakyat Selobanteng tercatat cadangan karbon sebesar 5,283 tonC/ha dan potensi serapan karbon sebesar 19,390 tonC/ha 3.853 sampai tahun 2024. Ini merupakan kontribusi nyata terhadap mitigasi perubahan iklim dan pelestarian lingkungan global.
Kolaborasi sebagai Kunci Keberhasilan Pelestarian Lingkungan
Keberhasilan Desa Selobanteng dalam mengubah krisis ekologis menjadi peluang pembangunan berkelanjutan merupakan contoh nyata bahwa pelestarian lingkungan bukanlah tugas pemerintah atau lembaga semata.
Diperlukan sinergi antara masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat untuk menghadirkan perubahan yang menyeluruh dan berkelanjutan.
Apa yang dilakukan oleh masyarakat Selobanteng menunjukkan bahwa ada banyak cara melestarikan lingkungan yang bisa ditempuh mulai dari kegiatan tanam pohon, pembatasan penebangan, hingga penguatan ekonomi berbasis konservasi.
Dengan strategi yang tepat dan komitmen yang kuat, pelestarian lingkungan bisa berjalan seiring dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Desa Selobanteng kini menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Indonesia. Bahwa menjaga hutan bukan hanya untuk generasi hari ini, tetapi juga sebagai warisan untuk masa depan. Semakin banyak pihak yang terlibat dalam upaya pelestarian lingkungan, maka semakin besar pula peluang kita menciptakan bumi yang lestari, sehat, dan sejahtera bagi semua.