Ketika berbicara tentang kualitas air, salah satu parameter penting yang sering diperhatikan adalah Total Suspended Solid (TSS) atau Total Padatan Tersuspensi.
Istilah ini mengacu pada partikel-partikel padatan yang melayang dalam air dengan ukuran lebih besar dari 1–2 mikron. Partikel tersebut dapat berupa lumpur, tanah liat, bahan organik, pasir halus, mikroorganisme, hingga material anorganik lain yang terbawa arus air.
Sumber TSS beragam, mulai dari erosi tanah hingga buangan limbah air dari aktivitas industri maupun domestik.
Pertanyaan mendasar yang sering muncul kemudian adalah: apa dampak limbah industri terhadap makhluk hidup di sekitar perairan, khususnya jika limbah tersebut berkontribusi pada peningkatan kadar TSS?
Cara Mengukur TSS
Untuk mengetahui kadar TSS dalam suatu badan air, sampel biasanya disaring menggunakan kertas atau saringan khusus. Partikel yang tertahan kemudian dikeringkan dan ditimbang, sehingga dapat diperoleh berat padatan per volume air.
Hasil pengukuran ini menjadi indikator penting bagi pengelolaan kualitas perairan, sebab kadar TSS yang tinggi biasanya berhubungan langsung dengan tingkat pencemaran dan potensi kerusakan ekosistem.
Apa Dampak Limbah Industri terhadap Makhluk Hidup di Sekitar Perairan?
1. Penurunan Penetrasi Cahaya
TSS yang tinggi menyebabkan kekeruhan air. Semakin keruh air, semakin sedikit cahaya matahari yang bisa menembus ke dalam perairan. Padahal, cahaya adalah faktor utama untuk fotosintesis tumbuhan air, baik mikroalga maupun makroalga.
Jika fotosintesis terganggu, produksi oksigen dalam air akan berkurang. Oksigen yang rendah berpengaruh pada kelangsungan hidup ikan dan organisme lain yang membutuhkan kondisi perairan sehat.
2. Gangguan pada Organisme Air
Selain menghalangi cahaya, partikel padatan juga dapat menyumbat insang ikan. Insang adalah organ vital bagi respirasi ikan. Jika fungsinya terganggu, ikan bisa stres, sakit, bahkan mati. Selain itu, sedimentasi dari TSS dapat menutupi dasar perairan dan mengganggu habitat hewan bentik seperti udang, kepiting, dan cacing air.
3. Menurunkan Kualitas Ekosistem
Kekeruhan air yang disebabkan oleh TSS bukan hanya masalah estetika. Ia juga mengurangi visibilitas di dalam air, yang berpengaruh pada perilaku hewan perairan.
Predator kesulitan mencari mangsa, sementara organisme yang bergantung pada sinyal visual juga terganggu. Akumulasi masalah ini membuat keseimbangan ekosistem perairan rentan goyah.
Dampak TSS pada Ekosistem Spesifik
Ekosistem Mangrove
Mangrove membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis. Jika air di sekitarnya keruh akibat tingginya TSS, proses fotosintesis menjadi terhambat sehingga pertumbuhan mangrove melambat.
Tidak hanya itu, partikulat TSS bisa mengendap di substrat mangrove, menutupi akar dan menghambat penyerapan nutrisi.
Di sisi lain, memang ada sebagian partikulat TSS yang membawa nutrisi seperti nitrogen atau fosfor. Namun, jika konsentrasinya terlalu tinggi, manfaat itu berubah menjadi ancaman pencemaran.
Hasil nyata pada tahun 2023, program ini berhasil menurunkan beban pencemar TSS sebanyak 164 kg, dan hingga pertengahan 2024 sudah menurunkan lagi sebesar 117 kg
Inovasi ini bahkan di rekomendasikan oleh kajian LCA (Life Cycle Assessment) tahun 2022 sebagai langkah nyata yang terukur dalam menuju pengelolaan lingkungan yang lebih baik
Mangrove sejatinya berfungsi sebagai penyerap sedimen alami. Jika hutan mangrove rusak akibat tingginya TSS, maka aliran sedimen ke laut akan semakin cepat, memperparah kondisi perairan pesisir.
Inilah salah satu jawaban nyata ketika ditanyakan: apa dampak limbah industri terhadap makhluk hidup di sekitar perairan? Ekosistem mangrove bisa terganggu, padahal mangrove adalah benteng penting yang melindungi pesisir dan menjadi habitat ribuan biota.
Ekosistem Terumbu Karang
Terumbu karang juga sangat sensitif terhadap TSS. Partikel sedimen dapat menutupi permukaan karang, menghalangi respirasi, dan memaksa karang mengeluarkan lebih banyak mucus untuk melindungi diri.
Energi yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan akhirnya habis hanya untuk bertahan hidup.
Selain itu, TSS menurunkan intensitas cahaya yang masuk ke dalam air. Padahal, karang hidup dalam simbiosis dengan zooxanthellae, alga mikroskopis yang membutuhkan cahaya untuk fotosintesis.
Jika fotosintesis terganggu, zooxanthellae berkurang jumlahnya, karang kehilangan warna (bleaching), dan berujung pada kematian jika kondisi terus berlanjut.
Tidak berhenti di situ, konsentrasi amonia atau pencemar lain yang terbawa partikel TSS dapat bersifat toksik bagi ikan dan biota laut. Dampak ini menjelaskan kembali apa dampak limbah industri terhadap makhluk hidup di sekitar perairan yaitu kerusakan terumbu karang dan hilangnya habitat penting bagi biodiversitas laut.
Pentingnya Pemantauan TSS
Melihat dampak luas yang ditimbulkan, pemantauan TSS menjadi langkah strategis dalam pengelolaan lingkungan perairan. Data kadar TSS dapat membantu pemerintah, pelaku industri, maupun masyarakat dalam menentukan langkah pencegahan dan pengendalian polusi.
Dengan menjaga kadar TSS tetap sesuai standar kualitas air, kita bisa melindungi ekosistem perairan dan menjamin ketersediaan air bersih untuk berbagai kebutuhan.
Inovasi Pengendalian TSS oleh PT Paiton Energy
Sebagai bagian dari upaya mengatasi masalah ini, PT Paiton Energy hadir sebagai pionir dengan meluncurkan program Penurunan Beban Pencemar melalui Efektivitas Teknologi MBBR Terhadap Removal TSS pada SWTP PLTU Paiton Unit 3, 7 & 8.
Inovasi yang dilakukan oleh team yang terdiri dari M Yusuf, Totok Widianto, Najmi Umaroh, Firmandhana Khrisna, Dimas Sistian dan Donny Effendi ini sangat istimewa karena selama empat tahun terakhir (2020–2023), belum ada program serupa yang masuk dalam kategori Best Practice sektor PLTU yang dikeluarkan oleh KLHK. Validitas program ini juga telah terverifikasi oleh pihak independen sesuai surat nomor 2364/UNI/PSLH/PT.01.10/2024.
Hasilnya nyata: pada tahun 2023, program ini berhasil menurunkan beban pencemar TSS sebanyak 164 kg, dan hingga pertengahan 2024 sudah menurunkan lagi sebesar 117
Inovasi ini bahkan direkomendasikan oleh kajian LCA (Life Cycle Assessment) sebagai langkah nyata menuju pengelolaan lingkungan yang lebih baik.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Total Suspended Solid (TSS) adalah parameter vital dalam menjaga kualitas air.
Transformasi Air: Dari Keruh hingga Jernih dengan Teknologi MBBR
Berikut adalah foto-foto pendukung artikel terkait Total Suspended Solid (TSS). Foto-foto ini memperlihatkan perubahan nyata kondisi air pada setiap tahap pengolahan menggunakan teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR):

Gambar 1: Kondisi air sebelum treatment, masih keruh dengan banyak partikel tersuspensi.

Gambar 2: Kondisi air saat treatment berlangsung di MBBR, terlihat material MBBR terapung di permukaan sebagai media biologis.

Gambar 3: Kondisi air setelah treatment, tampak jernih dan bersih dari padatan tersuspensi.
Kadar TSS yang tinggi, terutama akibat limbah air dari aktivitas manusia, dapat berdampak besar pada ekosistem perairan, mulai dari berkurangnya oksigen, kerusakan mangrove, hingga pemutihan terumbu karang.
Pertanyaan apa dampak limbah industri terhadap makhluk hidup di sekitar perairan terjawab jelas: ia dapat mengancam keberlangsungan hidup organisme air dan merusak habitat penting yang menopang kehidupan laut.
Oleh karena itu, inovasi pengendalian seperti yang dilakukan PT Paiton Energy menjadi langkah inspiratif untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan sumber daya air bagi generasi mendatang.